Rabu, Maret 26, 2008

Dewa, Dewa, dan Dewa....

Lokasi: Engga lain dan engga bukan, tempat yang tak pernah berubah setiap hari....
BGM: Engga nyambung juga. Semua lagu hymmne-nya Ar Tonelico 1
Ditemani: Engga ada, tuh....

Engga, engga, dan engga.... Kenapa engga ini aja yang jadi judul yah? Kenapa harus Dewa?? Ada apa dengan Dewa dalam kehidupan gue??

Engga ada apa-apa juga sih sebenernya.... Gue cuma lagi nulis cerita aja. Cerita panjang, tapi mungkin kurang dari seratus halaman dan engga akan gue jadiin novel atau project khusus. Gue ngerjainnya cuma iseng-isengan aja. Ceritanya? Hmm, gimana yah??



Seorang gadis keturunan Jepang-Indo, Akachi (nah lho!! Itu sih gue sendiri!!!) menemukan dirinya di tengah kehidupan hampa di ibukota Indonesia. Begitu hampanya hingga ia merindukan tanah kelahirannya meskipun ia memiliki sahabat-sahabat baik di sisinya: Anggi si tomboy ahli sejarah yang nyasar ke IPA, Dira si penulis berbakat yang kerjanya nulis cerita engga normal, Chika si kakak kelas yang juga penulis namun amat menyesali pilihan yang dipilihnya, terakhir Adel teman sekelas Chika yang pinter luar biasa dan selalu jadi panutan. Tak hanya cewek, ia pun bergaul cukup akrab dengan cowok-cowok di exkul Jepangnya--sebetulnya bukan dia yang mau masuk, tapi karena Dira yang juga anggota exkul itu memaksa, mau tak mau Akachi bergabung dan terkadang menjadi guru pengganti di sana.

Namun ia tetap marasa hampa. Merasa hari-harinya kosong. Hanya penuh canda, tawa, tanpa ada yang berarti. Hingga suatu hari...tanpa sengaja ia menjejakkan kakinya di sayap Selatan gedung sekolahnya yang luar biasa raksasa bagai istana itu. Tak pernah sekalipun ia pergi ke sana. Alhasil--tentu saja--ia tersesat. Hilang arah. Ia berlari ke sana kemari namun yang ditemuinya hanya lorong-lorong remang. Ia putus asa. Nyaris menangis. Mau minta tolong? Ponselnya habis batre. Naas, memang....

Namun ternyata Tuhan berkendak lain. Di tengah kegalauannya, ia bertemu seorang pemuda yang mengantarnya kembali ke pintu gerbang. Belum sempat berterima kasih, pemuda itu menghilang. Akachi penasaran bukan main dengan pemuda tersebut. Esoknya, ia sengaja datang lagi ke daerah tersebut. Sialnya, ia malah bertemu dengan segerombolan pemuda iseng yang nyaris menjahilinya. Untung saja pemuda itu datang lagi dan menyelamatkannya. Meski kesal, pemuda itu tak keberatan memperkenalkan dirinya pada Akachi. Dari sanalah, Akachi mengenal Dewa. Dewa pun berkata, bahwa tak sebaiknya Akachi keluyuran di sisi Selatan seperti itu. Tempat itu terlarang karena berisi kelas-kelas yang dihuni murid-murid bermasalah di sekolah itu. Tanpa sempat bertanya lebih jauh, Dewa menyuruh Akachi pulang.

Kejadian itu kemudian diceritakannya, hanya pada Dira. Dira lalu buka mulut dan mengiyakan apa yang Dewa ceritakan tempo hari, bahwa sekolah itu terbagi menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah murid-murid jenius dan anak-anak konglomerat yang ditempatkan di sisi Utara. Tingkat kedua adalah kelompok murid-murid yang biasa-biasa saja, seperti Akachi, Dira, Anggi, Chika, serta Adel. Barulah tingkat terakhir adalah golongan murid-murid pencari masalah. Dan salah satunya adalah Dewa. Dira menyarankan agar Akachi menjauhi tempat itu, dan sebaiknya melupakan perkenalannya dengan Dewa. Akachi hanya mengangguk, meskipun ia tahu bahwa ia tak akan melakukan apa yang disarankan Dira.

Dengan segala keberaniannya, Akachi mulai mendekati Dewa. Awalnya memang selalu tidak sengaja, saat mereka berpapasan di lapangan, di kantin, atau gerbang sekolah. Lama kelamaan, keduanya menjadi akrab, meskipun tak pernah mereka perlihatkan secara eksplisit di sekolah. Namun suatu hari, saat Akachi baru keluar dari ruang exkulnya, Dewa datang menghampirinya dan mengajaknya berbicara. Belum sempat Dewa berkata, Anggi tiba-tiba datang dan mengejutkan keduanya. Dari sorot matanya, Akachi tahu bahwa Anggi kaget dirinya dekat dengan anak dari tingkat ketiga. Namun di luar dugaan, semua itu jauh lebih parah. Anggi menarik Akachi pergi menjauhi Dewa, setelah sempat sebelumnya gadis itu menampar Dewa dengan air mata mengambang di pelupuknya. Akachi bingung. Ia tak mengerti dengan apa yang terjadi saat itu.

Setelah insiden itu, Akachi sama sekali tak dapat bertemu dengan Dewa. Anggi telah menceritakan segalanya pada Dira, Chika, dan Adel. Semenjak itulah, Akachi tak pernah bisa pergi sendiri. Selalu ada teman-temannya yang menyertai, terutama Anggi. Lama kelamaan Akachi resah. Ia ingin mencari tahu kebenarannya. Firasat mengatakan, Dewa bukanlah anak sembarangan hingga teman-temannya tega tak mengizinkannya untuk bertemu Dewa lagi. Dengan segala daya upaya, Akachi mencari tahu semuanya. Namun nihil.... Tak ada hasilnya....

...Hingga suatu hari Adel datang padanya, dan menceritakan segala hal yang ia tahu tentang Dewa. Bahwa Dewa pernah masuk penjara dan turun kelas karena memimpin tawuran dengan sekolah lain, bahkan membunuh pemimpin lawan tawurannya itu. Jelas saja Akachi terkejut bukan main, tak menyangka bahwa seperti itulah Dewa yang pernah menolongnya beberapa kali dalam hidupnya. Satu pertanyaan sudah terjawab. Namun ada hal lain yang nampak mengganjal di hatinya, mengenai alasan Anggi yang terlihat amat resah setelah mengetahui dirinya dan Dewa berhubungan dekat.

Lalu...apa sebetulnya hubungan Dewa dan Anggi? Darimana Adel bisa tahu masa lalu Dewa? Apa yang akan dilakukan Akachi setelah mengetahui semua benang merah antara teman-temannya dengan Dewa?



Yap, begitulah ceritanya. Agak aneh, tapi itulah yang lagi kepikiran di otak gue. Kalau temen-temen gue yang baca tulisan ini jeli, mereka pasti tahu siapa yang gue sebut sebagai Anggi, Dira, Adel, Chika, juga (baca: terutama) Dewa dalam cerita ini. Mungkin nanti aku bakal nambah beberapa tokoh lagi, terutama cowok untuk memeriahkan suasana. Hahahaahhaa.... Makanya kenapa judulnya "Dewa, Dewa, dan Dewa...." itu ya gara-gara gue emang lagi kepikiran sama karakter Dewa ini. Heheheheheehhee.... Siapa ya kira-kiraa???

Udah ah, udah malem dan kayaknya udah panjang juga. Nanti klo udah jadi...hmm, gue post-in kemana, ya? Fictionpress, mungkin? Ok deh, thanks for reading!!!!





~akachidewaniaitai~

Tidak ada komentar: